Apa yang Membuatmu sampai Terlambat Shalat Berjamah?
SEBAGAI seorang putera Gubernur, tentu Umar bin Abdul Aziz memiliki perhatian tersendiri terhadap penampilannya. Gaya berpakaian, gaya berjalan sampai gaya rambut selalu ia perhatikan. Kerapian tentu menjadi prioritas khusus baginya. Ditambah lagi usianya ketika itu yang mulai menginjak remaja.
Ya’kub meriwayatkan dari bapaknya yang menceritakan bahwa Abdul Aziz mengirim puteranya, Umar, ke Madinah untuk menimba ilmu. Ia menulis surat kepada Shalih bin Kisan untuk mendidiknya. Umar pun berpindah guru kepada Ubaidillah bin Abdillah untuk menimba ilmu darinya. Namun Shalih bin Kisan tetap memantau perkembangannya, terlebih urusan shalatnya.
Suatu hari ia terlambat shalat berjamaah. “Apa yang membuatmu sampai
terlambat shalat berjamah?” tanya Shalih bin Kisan pada Umar.
“Aku sibuk merapikan rambutku,” jawabnya.
“Sedemikian besarnyakah kesukaanmu dalam menyisir rambut, sampai itu berpengaruh pada
shalatmu?”
Kemudian Shalih bin Kisan menulis surat kepada Abdul Aziz, yang ketika itu menjabat sebagai gubernur di Mesir, menjelaskan perihal sisir rambut yang terjadi pada anaknya. Lalu Abdul Aziz mengutus seorang utusan untuk datang ke Madinah, dan memintanya untuk mencukur rambut anaknya.
Demikian besar perhatian orang tua kepada anaknya dalam hal kedisiplinan agama. Kesibukan sebagai seorang gubernur ditambah lagi jarak yang jauh bukanlah penghalang untuk berkurangnya perhatian itu, meskipun di Madinah sudah diamanahkan kepada seorang ulama’. Dan perhatian yang diberikan sampai pada hal yang sebagian orang sepele, terlambat shalat berjama’ah gara-gara kelamaan menyisir rambut.
Disitulah sebenarnya kekuatan sebuah perhatian. Tentunya itu adalah perhatian yang tulus, karena cinta dan kasih sayang. Bukan tindakan memata-matai yang lebih fokus dalam melihat kesalahan saja.
Dan ini sebenarnya merupakan sebuah pelajaran tersendiri bagi mereka yang setiap hari sibuk bekerja, berangkat pagi pulang malam, sehingga terkadang berakibat pada kurangnya perhatian kepada buah hati. Abdul Aziz yang seorang gubernur di Mesir dengan berbagai kesibukan yang tentunya tidak sedikit, ternyata mampu melakukan itu, memberi perhatian dengan tulus untuk kebaikan sang anak.
“Aku sibuk merapikan rambutku,” jawabnya.
“Sedemikian besarnyakah kesukaanmu dalam menyisir rambut, sampai itu berpengaruh pada
shalatmu?”
Kemudian Shalih bin Kisan menulis surat kepada Abdul Aziz, yang ketika itu menjabat sebagai gubernur di Mesir, menjelaskan perihal sisir rambut yang terjadi pada anaknya. Lalu Abdul Aziz mengutus seorang utusan untuk datang ke Madinah, dan memintanya untuk mencukur rambut anaknya.
Demikian besar perhatian orang tua kepada anaknya dalam hal kedisiplinan agama. Kesibukan sebagai seorang gubernur ditambah lagi jarak yang jauh bukanlah penghalang untuk berkurangnya perhatian itu, meskipun di Madinah sudah diamanahkan kepada seorang ulama’. Dan perhatian yang diberikan sampai pada hal yang sebagian orang sepele, terlambat shalat berjama’ah gara-gara kelamaan menyisir rambut.
Disitulah sebenarnya kekuatan sebuah perhatian. Tentunya itu adalah perhatian yang tulus, karena cinta dan kasih sayang. Bukan tindakan memata-matai yang lebih fokus dalam melihat kesalahan saja.
Dan ini sebenarnya merupakan sebuah pelajaran tersendiri bagi mereka yang setiap hari sibuk bekerja, berangkat pagi pulang malam, sehingga terkadang berakibat pada kurangnya perhatian kepada buah hati. Abdul Aziz yang seorang gubernur di Mesir dengan berbagai kesibukan yang tentunya tidak sedikit, ternyata mampu melakukan itu, memberi perhatian dengan tulus untuk kebaikan sang anak.
artikel yang bagus dan bermanfaat, terimakasih atas informasinya mengenai islam.
ReplyDelete